Indonesia adalah salah satu negara terkaya di dunia dalam hal sumber daya geologi, termasuk nikel yang banyak dijumpai di wilayah timur Nusantara. Mineral ini berperan sangat penting dalam industri modern—mulai dari pembuatan baja tahan karat hingga baterai kendaraan listrik. Penelitian geologi menunjukkan bahwa sebagian besar nikel Indonesia berasal dari proses pelapukan batuan ultramafik yang membentuk endapan nikel laterit, dan inilah yang membuat Sulawesi, Halmahera, serta Papua menjadi pusat nikel nasional. Pusat Survei Geologi (PSG) – Badan Geologi terus melakukan pemetaan dan kajian geologi untuk memastikan informasi mengenai sebaran, karakter, dan potensi sumber daya nikel dapat digunakan sebagai dasar kebijakan yang akurat.
Sejarah penambangan nikel di Indonesia dimulai pada 1901 ketika seorang ahli Belanda menemukan endapan nikel di daerah Soroako, Sulawesi Selatan. Pada masa kolonial, perusahaan-perusahaan seperti Oost Borneo Maatschappij memulai eksplorasi awal dan mengirim bijih nikel ke Jepang pada akhir 1930-an. Setelah Indonesia merdeka, kegiatan penambangan kembali bergeliat dengan hadirnya PT INCO (kini PT Vale Indonesia) dan PT Aneka Tambang yang membuka era baru industri nikel nasional. Melalui data geologi, PSG turut memastikan bahwa pengembangan ini berjalan dengan pemahaman ilmiah yang tepat terkait cadangan, kualitas bijih, dan kondisi geologi setempat.
Memasuki era modern, permintaan nikel meningkat tajam akibat berkembangnya industri stainless steel dan teknologi baterai kendaraan listrik. Data menunjukkan bahwa produksi nikel Indonesia melonjak sejak 2017, menjadikan Indonesia produsen terbesar di dunia. Pemerintah kemudian menerapkan kebijakan hilirisasi—melarang ekspor bijih mentah dan mendorong pembangunan smelter agar Indonesia memperoleh nilai tambah dari industri pemurnian nikel. Sejalan dengan tugasnya, Pusat Survei Geologi menyediakan data kebumian yang menjadi landasan perencanaan hilirisasi, termasuk pemodelan sumber daya, karakter mineralogi, dan potensi logam ikutan.
Selain nikel, endapan laterit Indonesia juga menyimpan “metal companions” seperti kobalt, kromium, magnesium, dan besi. Logam-logam ini berpotensi memberi nilai tambah besar bagi industri nasional bila dimanfaatkan secara optimal. Melalui kajian geokimia dan penelitian mineralogi, PSG memainkan peran strategis dalam menyediakan data ilmiah mengenai potensi logam ikutan tersebut, sehingga pemerintah dapat mengembangkan kebijakan pengelolaan mineral yang lebih komprehensif dan bernilai ekonomis tinggi.
Namun, perlu ditegaskan bahwa pengembangan nikel tidak terlepas dari tantangan lingkungan. Proses penambangan dan pengolahan laterit membutuhkan area yang luas dan dapat memengaruhi kualitas tanah, air, dan udara. Berbagai penelitian melaporkan dampak pencemaran bila pengelolaan tidak dilakukan secara benar. Badan Geologi secara umum berperan memberikan rekomendasi teknis berbasis geologi lingkungan, termasuk pemantauan kualitas tanah dan air, kajian dampak geologi, serta penyusunan pedoman reklamasi pascatambang sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan ekosistem.
Dalam konteks ekonomi global, harga nikel sempat melambung tinggi pada 2022 akibat meningkatnya permintaan baterai dan kondisi geopolitik internasional. Namun, sejak 2023 harga berfluktuasi akibat kelebihan suplai global dan perubahan teknologi baterai yang sebagian tidak lagi mengandalkan nikel. Meski demikian, dalam jangka panjang kebutuhan nikel diprediksi kembali meningkat seiring arah dunia menuju energi hijau. Dengan cadangan terbesar di dunia, Indonesia tetap memiliki posisi strategis sebagai pengendali pasar global, asalkan pengelolaan dilakukan secara bijak dan berbasis data ilmiah yang solid.
Ke depan, pemanfaatan nikel Indonesia harus diarahkan pada keberlanjutan. Pengembangan teknologi pengolahan yang lebih efisien, pemanfaatan logam ikutan, serta tata kelola lingkungan yang ketat menjadi kunci keberhasilan. Pusat Survei Geologi – Badan Geologi akan terus menyediakan data geologi, peta, penelitian mineral, serta kajian lingkungan sebagai dasar pertimbangan pemerintah dan pelaku industri dalam mengelola nikel secara bertanggung jawab. Dengan sinergi antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan masyarakat, Indonesia dapat memastikan bahwa kekayaan geologinya memberi manfaat bagi generasi saat ini maupun yang akan datang.
Tulisan ini adalah sari dari artikel ilmiah yang telah terbit di Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral tahun 2025 dan dapat diunduh pada link berikut (https://jgsm.geologi.esdm.go.id/index.php/JGSM/article/view/975/586).
Penulis : Ronaldo Irzon
Penyunting : Tim Scientific Board – PSG
