*Bagian 2 dari 3* — Melanjutkan edisi sebelumnya, kali ini kita bergerak ke Jawa hingga Sumbawa lalu lanjut ke Kalimantan yang menyimpan keunikan geologi tersendiri.
Jawa hingga Sumbawa
Pulau Jawa dikenal padat penduduk dan kaya budaya. Pulau ini juga menyimpan kekayaan geologi yang luar biasa, terutama dalam hal endapan logam. Secara umum, jalur mineralisasi logam di pulau ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar yang mengikuti pola magmatis busur kepulauan, yaitu bagian barat–tengah dan bagian timur. Dalam literatur internasional, kedua zona ini dikenal sebagai Central Sunda Arc Au-Ag Province dan East Sunda Arc Cu-Au Province. Meskipun istilah ini masih jarang dipakai dalam literatur nasional, keduanya sejalan dengan observasi dan sejarah pertambangan yang sudah dikenal di Indonesia.
Zona barat dan tengah Pulau Jawa merupakan kelanjutan dari Central Sunda Arc Au-Ag Province, yang sebelumnya membentang di Sumatra bagian tengah. Zona ini juga familiar sebagai Zona Pegunungan Selatan, membentang dari Banten hingga Jawa Tengah, dan didominasi oleh batuan gunung api dari Zaman Miosen hingga Pliosen. Mineralisasi utama di sini adalah sistem epitermal emas dan perak yang terbentuk dekat permukaan akibat aktivitas hidrotermal. Beberapa lokasi tambang emas legendaris yang berada di jalur ini antara lain Bayah, Cikotok, Pongkor, dan Kulon Progo. Sementara itu, sistem porfiri di zona ini masih terbatas dan belum berkembang secara ekonomis.
Menariknya, selain logam mulia, Zona Pegunungan Selatan juga menyimpan potensi mineral berat seperti ilmenit dan zirkon. Kedua mineral tadi terbentuk secara sekunder sebagai endapan placer. Mineral ini berasal dari pelapukan batuan vulkanik dan terkonsentrasi di sepanjang pesisir selatan Jawa melalui proses sedimentasi. Lokasi seperti Kulon Progo, Jampang Selatan, dan Pangandaran kini mulai dilirik sebagai sumber alternatif bahan baku logam strategis seperti titanium dan zirkonium, yang penting dalam industri modern.
Beranjak ke timur, kita memasuki East Sunda Arc Cu-Au Province, yang mencakup wilayah dari Jawa Timur hingga Sumbawa. Zona ini merupakan jalur magmatis aktif yang terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Eurasia. Di sinilah kita menemukan sistem mineralisasi yang lebih kompleks berupa porfiri tembaga-emas di kedalaman dan epitermal sulfidasi tinggi di dekat permukaan. Tambang Tujuh Bukit (Banyuwangi) menjadi contoh nyata keberhasilan eksplorasi zona ini, dan kini menjadi salah satu tambang emas terbesar di Asia Tenggara. Tambang besar lain seperti Batu Hijau, serta prospek Elang dan Hu’u di Sumbawa, mengukuhkan jalur ini sebagai tulang punggung metalogeni tembaga-emas Indonesia.
Kalimantan
Kalimantan punya kisah metalogeni yang unik jika dibandingkan dengan Jawa dan Indonesia Timur. Bukannya dipenuhi gunung api aktif atau busur magmatik muda, pulau ini justru menyimpan kekayaan logamnya di bawah kerak benua tua yang stabil. Intrusi granit berumur Mesozoikum hingga Tersier, lapisan batuan sedimen tebal, serta proses pelapukan tropis yang intens menjadikan Kalimantan sebagai rumah bagi beragam endapan logam yang terbentuk lewat mekanisme geologi jangka panjang. Dari timah dan emas, hingga bauksit dan logam tanah jarang, Kalimantan punya semua.
Salah satu zona penting di Kalimantan adalah bagian barat daya, yang merupakan kelanjutan dari Sabuk Timah Asia Tenggara, atau secara internasional disebut Western Indonesia Sn Province. Endapan timah primer dan sekunder ditemukan di granit tipe-S dan batuan metasedimen tua, seperti di daerah Ketapang dan Sukadana. Tidak hanya timah, zona ini juga menunjukkan potensi polimetalik dari wolfram (W), molibdenum (Mo), hingga unsur tanah jarang (REE). Bahkan, granit yang telah lapuk secara intens menghasilkan endapan bauksit laterit yang kini menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia, seperti di Tayan dan Mempawah.
Bergeser ke arah tengah dan barat Kalimantan, kita memasuki zona yang oleh para ahli disebut sebagai Central–West Kalimantan Polymetallic Province. Sesuai namanya, wilayah ini menyimpan endapan logam majemuk (polymetallic) yang lebih bervariasi. Potensi logam dasar seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan timbal (Pb) muncul di sekitar intrusi granit dan zona alterasi hidrotermal. Beberapa daerah di provinsi ini masih dalam tahap eksplorasi, namun karakteristik geologinya menunjukkan bahwa Kalimantan tidak hanya “timah dan emas,” tapi juga kandidat kuat untuk logam industri strategis di masa depan.
Sementara itu, bagian tengah hingga timur Kalimantan merupakan wilayah yang kaya akan sistem mineralisasi emas–perak–tembaga, dikenal juga sebagai Central Kalimantan Au–Ag–Cu Province. Di sinilah Sabuk Emas Kalimantan Tengah–Timur berada, membentang dari Katingan, Murung Raya, hingga Kutai Barat. Endapan emas di sini ditemukan dalam bentuk sistem epitermal dan aluvial, banyak di antaranya sudah lama ditambang oleh masyarakat lokal maupun perusahaan besar. Meskipun tidak seaktif jalur vulkanik di Jawa atau Nusa Tenggara, zona ini menyimpan prospek logam mulia yang sangat menjanjikan, dan masih terbuka luas untuk eksplorasi lanjutan.
Peta Metalogeni Indonesia Skala 1:5.000.000 dapat diunduh pada link berikut (https://geoportal.esdm.go.id/home/storage/images/file/wE8oI_Peta_Metalogeni_Indonesia_1186d2ff1eb73c43298c2f964d59164b.jpg).
🔁 Sudah baca Bagian 1? Kalau belum, sebaiknya Anda membaca dari awal untuk mendapatkan gambaran utuh pada link berikut (Berita | Portal Layanan Satu Pintu Badan Geologi)
🔜 Bagian 3 akan membawa kita ke kawasan Maluku dan Papua, simpul penting logam mulia dan kritis di Indonesia Timur. Sampai jumpa!
Penulis : Ronaldo Irzon
Penyunting : Tim Scientific Board – PSG