Potensi sumber daya geologi penyimpanan karbon total pada skala cekungan di Pulau Jawa mencapai 1.225 Giga Ton CO2. Pemetaan potensi sumber daya geologi penyimpanan karbon Indonesia diharapkan selesai tahun 2028. Tujuannya untuk mendukung percepatan penyelenggaraan kegiatan CCS di Indonesia.
Badan Geologi berkomitmen untuk membantu mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) di Indonesia pada tahun 2060. Salah satu metode dalam pencapaian ini adalah teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Kesuksesan penerapan CCS nasional harus didukung oleh data dan informasi terbaru mengenai potensi sumber daya geologi cekungan sedimen sebagai penyimpan karbon. Sebagai salah satu unit dari Badan Geologi, Pusat Survei Geologi (PSG) bertugas untuk melaksanakan survei potensi sumber daya migas cekungan sedimen di Indonesia. Oleh sebab itu, PSG juga ditugaskan untuk mensukseskan program CCS Indonesia.
CCS adalah suatu proses yang meliputi penangkapan dan pemisahan karbon dari sumber emisi gas buang yang dikirimkan ke tempat pengumpul karbon. Pengiriman dapat dilaksanakan menggunakan truk, kapal, container, maupun pipa. Karbon dapat disimpan secara permanen dan/atau diolah menjadi barang siap pakai seperti bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bangunan, dan plastik. Teknologi CCS menjadi salah satu cara pengurangan emisi karbon yang paling efisien di dunia hingga saat ini.
Formasi geologi bawah permukaan menjadi alternatif potensial sebagai media penyimpanan karbon permanen dengan tingkat keamanan yang tinggi. Sistem ini terdiri dari batuan yang memiliki ruang penyimpanan karbon dan dapat mengalirkannya keseluruh bagian batuan (reservoir/wadah), batuan sangat kedap yang mengisolasi reservoir (seal rock), dan sistem perangkap yang mengisolasi karbon secara permanen sehingga tidak mengalir ke sumber air minum maupun udara bebas hingga atmosfer. Kedalaman formasi geologi penyimpanan karbon secara umum adalah minimal 800 m dibawah permukaan tanah dan sumber air minum (Gambar 1).
Karbon dalam fasa cair yang bersifat gas (supercritical) merupakan cairan bercampur (miscible liquids) dengan air garam. Jenis ini bereaksi dengan mineral-mineral tertentu penyusun batuan reservoir untuk membentuk mineral padat baru. Oleh karenanya, injeksi pada kondisi supercritical membuat karbon terisolasi secara lebih permanen. Hal ini meningkatkan keamanan penyimpanan karbon pada formasi geologi (Gambar 2).
PSG telah memulai studi CCS sejak tahun 2023. Potensi sumber daya geologi penyimpanan karbon pada skala cekungan di Pulau Jawa berdasarkan kriteria geologi telah berhasil diidentifikasi. Potensi ini mencapai 1.225 Giga Ton CO2. Angka tersebut tersebar di Jawa bagian timur, tengah, dan barat sebesar masing-masing 392, 278, dan 555 Giga Ton CO2 secara berurutan.
Informasi di atas merupakan kontribusi nyata Badan Geologi melalui PSG untuk membantu memenuhi target kontribusi yang ditetapkan secara nasional. Pengurangan emisi karbon nasional ditetapkan dengan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) 32% atau setara dengan 912 juta ton CO2 pada tahun 2030. Hal ini sesuai arah kebijakan pemerintah melalui Perpres RI No. 14 Tahun 2024 tentang “Penyelengaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon”. Selanjutnya, Tim survei CCS dari PSG akan melaksanakan survei pada cekungan sedimen belum berproduksi di Pulau Sumatera (Gambar 3). Peta potensi sumber daya geologi penyimpanan karbon Indonesia diharapkan dapat selesai di tahun 2028 (Gambar 4). Data yang dihasilkan akan mendukung percepatan penyelenggaraan kegiatan CCS di Indonesia.
Penulis : Andy Setyo Wibowo
Penyunting : Tim Scientific Board PSG