Telah terjadi gempabumi merusak di Kalimantan Selatan dengan kekuatan 4.7 pada 13/2/2024. Hal ini tidak biasa terjadi di Kalimantan, karena secara tektonik regional wilayah ini cukup stabil dan lokasi terjadinya gempa pada umumnya merupakan sesar naik. Oleh karenanya perlu diselidiki lebih lanjut mengenai keberadaan sesar aktif ini, mekanisme pergerakannya, kerusakan yang ditimbulkan dan konteksnya secara tektonik. Gempabumi susulan terjadi pada 18/2/2024 dengan magnitude lebih kecil dan tidak menimbulkan kerusakan.
Sebagai respons atas gempabumi tersebut Tim Badan Geologi melakukan penyelidikan menggunakan berbagai metode, termasuk Geologi Permukaan, Gayaberat, Citra Landsat, dan Mikrotemor. Metode-metode ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sifat dan perilaku sesar aktif Meratus, serta membantu dalam menilai potensi risiko gempa bumi di masa depan.
Hasil sementara survei lapangan diketahui bahwa pusat gempa berada di Desa Gunung Batu, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin. Pengukuran struktur geologi mengindikasikan bahwa gempa dipicu oleh pergerakan Sesar Mendatar (Strike-slip fault) yang menyebabkan kerusakan bangunan (Skala MMI III s.d. MMI V/VI). Hal tersebut diharapkan akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi bahaya gempa bumi di wilayah Kalimantan Selatan, serta memberikan wawasan yang diperlukan untuk upaya mitigasi risiko di masa depan.
Badan Geologi berkomitmen untuk terus memantau dan memahami dinamika geologi di seluruh Indonesia guna melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam yang mungkin timbul.