Manajemen Pengelolaan Geopark Yang Bekelanjutan Pada Misi Revalidasi Belitong UNESCO Global Geopark

Bandung (22/07) – Keterlibatan sebagai observer dalam proses revalidasi Geopark Belitong telah selesai. Hasil revalidasi diumumkan pada Bulan September. Semoga geopark dengan keunikan Bentang Alam Batuan Granit dan Batu Satam ini dapat mempertahankan statusnya sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp).

Pengembangan geopark sejalan dengan progam pembangunan berkelanjutan. Setidaknya sebelas dari tujuh belas target Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) dapat dicapai melalui aktivitas di kawasan geopark. Manajemen pengelolaan geopark yang berkelanjutan dibutuhkan untuk mencapai target tersebut. Salah satu langkah mengukur pengelolaan berkelanjutan diwujudkan dalam bentuk misi revalidasi geopark, baik yang bertaraf nasional maupun internasional, setiap empat tahun sekali.

Dua UNESCO Global Geopark (UGGp) di Indonesia, yaitu Belitong dan Gunung Batur, dijadwalkan menjalani proses revalidasi pada tahun 2024. Badan Geologi diundang menjadi observer (pengamat) dalam rangkaian proses revalidasi UGGp Belitong yang dilaksanakan pada tanggal 16 – 20 Juli 2024. Sekertariat UNESCO mengirim dua orang penilai, yaitu Mr. Van Tan Tran (Vietnam) dan Mrs. Hiroko Torigue (Jepang) dalam misi revalidasi tersebut.  UGGp Belitong harus dapat menunjukkan perbaikan atas rekomendasi sebelumnya, memperlihatkan progres capaian geopark selama berstatus menjadi UGGp, dan menjelaskan kemajuan program lainnya terkait pengurangan risiko bencana maupun dampak perubahan iklim. 

Geopark Belitong mendapatkan dua rekomendasi ketika penetapan menjadi UGGp tahun 2021. Pertama, Geopark Belitong didorong untuk mengembangkan geosite baru di pulau-pulau dalam kawasan geopark. Pulau-pulau tersebut menjadi bagian dalam pengembangan geowisata dari geosite di pulau utama. Kedua, Geopark Belitong disarankan untuk mencegah penjualan material geologi, khususnya tektites (Batu Satam).

Tujuh geosite baru telah diusulkan untuk merespon rekomendasi tersebut. Tiga diantaranya adalah situs geologi kepulauan, yaitu Geosite Pulau Mendanau, Geosite Buku Limau dan Geosite Pulau Seliu. Ketiganya tersusun atas batuan granitik yang merupakan bagian dari Sabuk Granit berumur Jura-Kapur dan membentang dari Myanmar, Thailand, Malaysia sampai Pulau Belitong. Rangkaian granit tersebut kaya kasiterit yang merupakan mineral penghasil timah sehingga dikenal dengan istilah Granit Sabuk Timah. Komposisi batuan granit pada geosite tersebut memperlihatkan pesona bentang alam granit berupa Tors. Pesona pada seluruh geosite tersebut dijaga dan dikelola dengan melibatkan komunitas dan masyarakat lokal.

Keberadaan Tektites Bilitonit (Batu Satam) adalah signifikansi warisan geologi berikutnya dari Geopark Belitong. Batuan khas ini banyak ditemukan di wilayah Kulong yang merupakan bekas tambang timah. Keberadaan batu satam sangat erat dengan budaya masyakat Belitong lintas generasi dalam bentuk cerita rakyat, pengetahuan lokal, dan lagu. Tektites Bilitonit dari Pulau Belitong termasuk dalam Australasian Strew Field, secara geogografi dan keterdapatannya (Gambar 1). Tektites Bilitonit diperkirakan terkait dengan asteroid yang jatuh di Teluk Tonkin (barat laut Laut Cina Selatan) sekitar 780.000 tahun yang lalu. Hantaman asteroid tersebut menyebabkan batuan pada permukaan Bumi meleleh, berhamburan ke atas, dan jatuh kembali menyebar ke banyak penjuru. Proses tersebut menghasilkan pecahan batuan dengan kristal amorf (tidak teratur) akibat pendinginan yang sangat cepat dan dikenal sebagai Batu Satam. Dalam rangka menjawab rekomendasi kedua dari Unesco, Badan Pengelola (BP) Geopark Belitong melalui Bupati Belitung dan Bupati Belitong Timur telah mengeluarkan surat edaran terkait pencegahan penjualan Batu Satam. BP Geopark Belitong membuat replika berbentuk kerajinan tangan dan makanan (seperti Pempek Satam) untuk melestarikan serta mempromosikan Batu Satam

Observasi dalam rangkaian misi revalidasi telah selesai. Penilai dari UNESCO telah mengunjungi museum, galeri, pusat informasi dan geosites sesuai itinerary (rencana perjalanan) yang disepakati (Gambar 2A, B, C dan D). Proses penilaian telah berjalan dengan baik dengan banyak praktik baik (best practice) mengenai pengelolaan geopark yang dapat dibagikan kepada UGGp lainnya. Hasil revalidasi akan diketahui pada rapat Konsul UGGp pada Bulan September. Semoga UGGp Belitong mendapatkan green card sebagai bentuk keberhasilan dalam mempertahankan statusnya sebagai UNESCO Global Geopark dan wujud manajemen pengelolaan geopark yang berkelanjutan.

Penulis: Asep Kurnia Permana

Penyunting : Ronaldo Irzon


Posted

in

by

Tags: