Beberapa Solusi untuk Meningkatkan Potensi Geowisata di Geopark Ranah Minang Silokek

Indonesia sangat beruntung berada dalam wilayah pertemuan lempeng tektonik aktif. Kondisi tersbut menyebabkan secara geologi bumi pertiwi Indonesia kaya akan ragam jenis batuan yang bernilai ilmiah dari sisi sejarah pembentukan, komposisi, dan bentang alamnya, maupun nilai ekonomis dari kandungan mineral di dalamnya. Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya nilai ilmiah tersebut untuk pengembangan pengetahuan dan potensi geowisata. Hadirnya regulasi terkait pengembangan warisan geologi dan geopark merupakan upaya pemerintah dalam mendukung pengembangan objek-objek penting tersebut. Sosialisasi, verifikasi terkait penetapan warisan geologi, hingga pengembangan geopark telah dilakukan oleh Badan Geologi. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk pemanfataan dan pengelolaan keragaman geologi Indonesia. Pemanfataan dan pengelolaan warisan geologi di kawasan geopark dikembangkan melalui konsep konservasi, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi lokal sehingga dapat berkontribusi memberikan manfaat bagi masyarakat lokal.

Geopark Ranah Minang Silokek adalah salah satu geopark di Indonesia. Silokek diambil dari nama Nagari (Desa) Silokek yang memiliki ciri khas tersendiri bagi Kabupaten Sijunjung. Geopark tersebut telah resmi menjadi geopak nasional pada tahun 2018. Geopark yang berlokasi di Provinsi Sumatra Barat tersebut saat ini sedang berupaya untuk mendapatkan status sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Tema dari geopark ini adalah ‘Jejak Pengangkatan Karst Berumur Purba di Atas Batuan Dasar Cekungan Ombilin’ (https://geoparksilokek.sijunjung.go.id/).

Untuk meningkatkan pengelolaan dan pemanfataan warisan geologi di Kawasan Geopark Nasional Ranah Minang Silokek, maka dikeluarkanlah Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 28 tahun 2024. Surat Keputusan tersebut menerangkan bahwa terdapat empat belas (14) situs warisan geologi (geosite) dalam lingkup Geopark Ranah Minang Silokek. Deskripsi lokasi, komponen geologi unggulan, hasil pembandingan, dan rekomendasi pemanfaan dari setiap geosite terangkum di dalamnya. Untuk pengembangan lebih lanjut dari setiap geosite, Pusat Survei Geologi (PSG) – Badan Geologi telah mengeluarkan Petunjuk Teknis Asesmen Sumber Daya Warisan Geologi (PSG, 2017), sebagai pemodam untuk pemanfataan dan pengelolaan warisan geologi, salah satunya untuk karakterisasi potensi geowisata. Detil mengenai inventarisasi dan kalkulasi potensi geowisata dari geosite di Kabupaten Sijunjung  telah diterbitkan di Jurnal Geologi Sumberdaya Mineral Volume 25 tahun 2024 dan dapat diakses melalui link berikut https://jgsm.geologi.esdm.go.id/index.php/JGSM/article/view/817.

Hasil asesmen yang dilakukan menunjukkan bahwa Geosite Kompleks Intrusi Bukik Mambuik dan Geosite Kompleks Karst Silokek adalah dua situs dengan potensi geowisata terbaik. Nilai total dari potensi wisatanya melebihi 300 yang masuk dalam klasifikasi sangat baik (Brilha, 2016). Hasil asesmen pada sarana dan prasana mendukung juga menunjukkan nilai yang baik kedua situs tersebut sudah memiliki aksesibilitas, fasilitas kesalamatan dan ketersediaan logistik yang baik. Pemandangan dan kondisi warisan geologi masih terjaga. Selain itu, kedua geosite tersebut sangat strategis karena  berjarak tidak jauh dari tempat rekreasi lain. 

Geosite Kompleks Karst Silokek berpotensi menjadi ikon dari geopark ini karena namanya diangkat menjadi naman geopark. Kompleks Karst Silokek memiliki sejumlah nilai yang sangat penting, yaitu dari segi aspek ilmiah Kawasan Karst Silokek menyimpan rekaman peristiwa geologi penting berupa pengangkatan batugamping Formasi Kuantan yang berumur Karbon–Permian dan proses karstifikasi yang membentuk bentang alam karst.  Dari aspek estetika, keindahan perbukitan karst dan gua-gua dengan ornamen alam yang memukau menjadikan Silokek sebagai objek wisata alam yang memanjakan mata. Bentuk gua dan stalaktit yang menghiasi langit-langit gua menciptakan pemandangan luar biasa yang sangat estetik. Sedangkan dari aspek rekreasi, Silokek menjadi tempat yang sempurna untuk geowisata dan eksplorasi alam. Pengunjung dapat melakukan aktivitas seperti jelajah gua, dan trekking di perbukitan karst.

Situs-situs geologi lain dalam lingkup Geopark Ranah Minang Silokek berklasifikasi baik. Meskipun demikian, situs Lower Ombilin Sungai Rambutan dan situs Konglomerat Brani Ngalau Batauik perlu mendapat perhatian untuk menaikkan potensi wisatanya. Kedua lokasi tersebut berlokasi lebih dari 500 m dari jalan beraspal dan tanpa adanya jaringan telepon seluler. Fasilitas keselamatan dan pelayanan darurat belum tersedia. Tempat wisata lain dari geosite Batupasir Formasi Ombilin Sungai Rambutan berjarak lebih dari 5 km sehingga menurunkan minat wisatawan yang ingin berkunjung. Pembuatan geotrek bertema terkait dengan situs tersebut akan menjadi langkah solutif.

Masyarakat menjadi aktor penting dalam pengembangan geowisata. Pelibatan masyarakat lokal di sekitar geosite menjadi kunci sukses dalam pengelolaan dan pemanfataan situs warisan geologi di geopark.. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sosialiasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan situs warisan geologi sebagai destinasi pariwisata di kawasan geopark . Para penggiat geopark perlu memberikan edukasi mengenai peluang ekonomi bagi warga lokal. Ketika kelak nama Geopark Ranah Minang Silokek sudah semakin dikenal luas di tingkat nasional apalagi internasional, maka peluang wisatawan non lokal untuk datang juga akan meningkat. Kondisi demikian akan semakin memberikan efek positif bagi perekonomian di sana.  

Referensi

Brilha, J. (2016). Inventory and quantitative assessment of geosites and geodiversity sites: a review. Geoheritage, 8(2), 119-134.

Irzon, R., Setiawan, V. E., Yurnaldi, D., Yulius, A., Oktavitania, R., & Harneti, D. (2024). Inventarisasi dan Penilaian Geowisata Kuantitatif Calon Geosite di Geopark Silokek, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 25(4), 225-234.

PSG, 2017, Petunjuk Teknis Asesmen Sumber Daya Warisan Geologi

Penulis            : Riecca Oktavitania

Penyunting      : Tim Scientific Board – PSG


Posted

in

by